Resensi 'Gerbag Dialog Danur'


Mereka Ada di Sekitar Kita




Judul buku      : Gerbang Dialog Danur
Pengarang       : Risa Saraswati
Penerbit           : Bukune
ISBN               : 602-220-150-0
Tahun terbit    : 2015
Kota terbit       : Jakarta
Harga              : Rp56.000,00
Halaman          : 224 halaman


Gerbang Dialog Danur sebenarnya merupakan pengemasan ulang dari buku Danur yang ditulis oleh Risa Saraswati tahun 2011. Risa Saraswati memang tidak memiliki latar belakang sebagai penulis. Risa bahkan lebih dikenal sebagai host dan musisi daripada sebagai penulis. Ia hanya memiliki hobi untuk menuangkan isi hatinya pada buku catatan harian. Kebiasaan itulah yang membuatnya tergerak untuk menulis buku ini, di samping itu ia ingin membagikan pengalaman yang dia alami mengenai hal-hal tak kasat mata yang tidak semua orang dapat melihatnya, atau yang biasa masyarakat awam sebut sebagai hantu. Pada bukunya yang satu ini, dia menyajikan perspektif berbeda untuk pembaca. Agar pembaca memiliki pandangan lain terhadap hal tak kasat mata tersebut.
            Apa yang membuat Risa Saraswati berbeda dengan anak-anak SD seusianya? Dia sering berbicara sendiri, berlarian kesana kemari sambil tertawa tanpa ada seorang pun yang terlihat bersamanya. Ketika jam telah menunjukkan pukul satu dini hari, ia kerap dijumpai tengah berbicara seorang diri di loteng rumahnya yang gelap dan sepi. Mungkinkah dia benar-benar sendiri?
Buku ini adalah segala pengakuan Risa tentang dirinya yang tak pernah sendiri. Tentang kemampuannya yang luar biasa yang tidak semua orang beruntung untuk dapat memilikinya. Dia melihat apa yang sulit bahkan tidak pernah kita lihat. Dia mendengar dari mereka yang tidak bisa kita dengar. Dia berinteraksi dengan sesuatu yang selama ini kita sebut sebagai hantu. Memang, Risa tidak pernah sendirian. Mereka selalu menemaninya, kadang membantunya, dan sering menampakkan diri di hadapannya dengan wujud kematiannya.

Kalian mungkin tak melihatnya. Wajar. Mereka memang tak kasat mata dan sering disebut hantu. Jiwa-jiwa penasaran atas kehidupan yang mereka anggap tidak adil.
Kelebihanku dapat melihat mereka adalah anugerah sekaligus kutukan. Kelebihan ini membawaku ke dalam persahabatan unik dengan lima anak hantu Belanda.
Jauh dari kehidupan ‘normal’ adalah harga yang harus dibayar atas kebahagianku bersama mereka. Dan, semua itu harus berubah ketika persahabatan kami meminta lebih, yaitu kebersamaan selamanya. Kini aku mulai menyadari bahwa hidup bukan hanya milikku seorang.
 Namaku Risa. Aku bisa melihat mereka.
            Risa sudah dianugerahi kemampuan itu sejak usianya yang masih sangat belia. Awalnya ia tidak menyadarinya. Namun lambat laun ia menyadari bahwa ia memiliki kelebihan itu. Kelebihan yang tidak semua orang dapat memilikinya.
            Pertemuan pertama Risa dengan teman-teman spesialnya adalah ketika ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Risa baru saja pindah ke Bandung di rumah peninggalan Belanda bersama neneknya. Risa yang  tidak nyaman berada di sekolah karena merasa diperlakukan dengan tidak baik oleh teman-temannya membuatnya lebih suka menyendiri. Waktu yang ia habiskan untuk menyendiri terasa semakin menyiksa. Ia tidak memiliki teman bermain bahkan berbicara.
            Suatu ketika, di loteng rumah itu ada suara seorang anak laki-laki yang memanggil namanya. Seorang anak laki-laki keturunan Belanda berambut pirang agak kecoklatan menghampirinya. Anak itu mengaku bahwa ia adalah tetangga baru Risa. Dia bernama Peter.
            Pertemuannya dengan Peter membuat Risa mengenal empat anak lain, William, Hans, Hendrick, dan Janshen. Mereka sering bercanda dan tertawa bersama hingga mereka menjadi sahabat yang tak terpisahkan. Setahun setelahnya, Risa baru menyadari bahwa sahabat-sahabatnya itu bukanlah manusia, mereka berbeda alam dengan Risa. Namun, kenyataan ini tidak membuat persahabatan mereka hancur. Mereka tetap bersahabat, antara seorang anak manusia dan lima hantu anak Belanda.
            Keempat hantu itu dengan karakternya masing-masing membuat hidup Risa menjadi lebih berwarna. William si pemain biola yang bijaksana, Hans si ahli pembuat kue, Hendrick san primadona, dan si kecil Janshen yang ompong. Mereka berlima sering membantu Risa menghalau dari gangguan hantu-hantu lain yang mencoba mendekati Risa. Mereka semua menjadi teman Risa ketika Risa tak memiliki teman lain untuk diajak berbicara.
Risa dan kelima sahabatnya itu sangat terbuka satu sama lain. Mereka banyak bercerita tentang hal yang mereka alami semasa hidup. Mereka bercerita pada Risa bagaimana kisah kematian mereka, bagaimana kisah hingga mereka menjadi jiwa-jiwa penasaran atas hidup mereka yang mereka anggap tidak adil.
Kisah hidup sahabat kecilnya itu menjadi pelajaran berharga bagi Risa akan betapa petingnya arti sebuah keluarga. Peter yang sangat merindukan ibunya, Hans dan Hendrick yang sering bertengkar namun mereka tetap menyayangi. William yang kesepian, dia berasal dari keluarga kaya raya, namun ia tidak mendapat banyak perhatian dari kedua orang tuanya, hanya dengan biolanya, ia tidak merasa sendirian. Kemudian si kecil Janshen yang sangat merindukan kakak perempuannya, Anabelle.
Namun, semakin hari Risa sadar persahabatan mereka tidak abadi. Risa akan tumbuh menjadi gadis dewasa, mempunyai kehidupan sendiri bersama teman-teman yang sesungguhnya. Sedangkan kelima sahabat kecilnya akan tetap menjadi anak kecil yang polos, lugu jahil, dan tidak akan pernah lagi tumbuh dewasa.
Pernah terbesit di pikiran Risa untuk ikut ke dunia Peter. Beberapa kali ia melakukan percobaan untuk bunuh diri, namun selalu gagal. Hingga dia sadar bahwa hidupnya tidak hanya untuk dirinya, ada keluarga yang menyayanginya, ada teman-teman baru yang tidak akan rela apabila Risa meninggalkan mereka.
            Pertemuan tekahir Risa dengan kelima sahabatnya adalah ketika Risa menginjak usianya yang ke tiga belas tahun. Risa pernah berjanji akan ikut ke dunia Peter saat usianya telah sama dengan Peter, agar mereka dapat bersama selamanya. Namun, Risa tidak dapat memenuhi janjinya dan membuat Peter marah. Setelahnya, Peter bersama yang lainnya tidak pernah muncul lagi. Ia menghilang dari kehidupan Risa. Risa sangat sedih, hidupnya berantakan. Ia berusaha menyibukkan diri teman-teman barunya di dunia nyata untuk menghilangkan rasa sedihnya akibat ditinggal Peter dan yang lainnya.         
            Sebenarnya Risa tahu, mereka masih berada di sekitarnya dan hanya enggan untuk menampakkan diri. Risa beberapa kali memohon agar mereka kembali. Namun, mereka tetap tak kunjung kembali.
            Beranjak dewasa, kemampuannya masih tetap sama. Namun, bukan hantu kecil berwajah Belanda yang berpenampilan necis yang Risa lihat. Akan tetapi hantu-hantu lain dengan berbagai rupa yang mengerikan. Mereka ingin bercerita tentang kisah hidup mereka, mereka ingin didengar. Terkadang, Risa tidak tahan menghadapi wujud mereka yang seringkali sangat tidak layak untuk dilihat. Risa rindu teman-teman kecilnya yang dulu sering menolongnya dari hantu-hantu berwajah menyeramkan itu. Terkadang Risa ingin buta dan tuli saja, ia ingin hidup normal seperti yang lainnya.
            Buku Gerbang Dialog Danur yang merupakan pengemasan ulang dari buku Danur tidak memiliki pengubahan cerita. Tetapi selain perubahan cover buku, ada tambahan beberapa kesimpulan di akhir bab. Ada pergantian font juga yang justru membuat buku ini rapi dan minim kesalahan penulisan.
            Kelebihan lainnya terletak pada cover dan ilustrasi pada buku ini yang membuat pembaca lebih mudah untuk membayangkan tokoh-tokoh yang Risa ceritakan dalam novel ini. Bahasa yang digunakan pun ringan dan cukup mudah dipahami. Sehingga, kita tidak perlu berpikir terlalu keras untuk memahami jalan cerita yang Risa sajikan dalam bukunya ini. Risa juga membuat kisah dalam novel ini terlihat sangat nyata dan membawa kita seolah masuk ke dalamnya.
Selain itu, sudut pandang Risa pada novel ini dalam menyikapi hal-hal yang ia alami cukup menarik. Hal ini dapat membuat pembaca memiliki sudut pandang lain kepada sosok-sosok tak kasat mata yang sering dianggap tabu. Kisah-kisah yang Risa tuangkan dalam buku ini juga kaya akan pesan moral tentang kehidupan. Dia lebih menyajikan pesan moral yang dapat diambil dari cerita hidup setiap tokohnya.
Kekurangan pada buku ini adalah ada kalimat yang sedikit rumpang di dalamnya sehingga terkadang harus memahami sedikit lebih lama. Namun, itu bukanlah masalah yang berarti. Selain itu, umumnya masyarakat akan berekspektasi bahwa buku ini cukup menyeramkan untuk dibaca namun pada kenyatannya jauh dari ekspektasi masyarakat. Buku ini tidak terlalu menyeramkan, apalagi bagi penggemar buku bergenre horror.
Terlepas dari kekurangan dan kelebihannya, buku ini merupakan buku yang menarik untuk dibaca. Selain itu, pesan moral yang terkandung di buku ini dapat memberikan banyak pelajaran hidup bagi pembaca yang dapat memahami dan meresapi pesan moralnya. Menyiratkan bahwa setiap orang pasti memiliki masalah hidup, tergantung sebagaimana bisa dia menyikapi masalah tersebut. Jika ia tidak mampu dan justru bertindak gegabah, ia hanya akan terperosok ke dalam lubang penyesalan yang ia buat sendiri. Buku ini cocok dibaca bagi pembaca kalangan remaja hingga dewasa, namun kurang cocok dibaca oleh anak-anak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku 'Mikrobiologi Perikanan dan Kelautan'

Cerpen 'Aku Rindu'

Resensi Novel 'Negeri 5 Menara'